Memang ada orang yang menduga bahwa Easter berasal dari nama dewi Isthar (dari Sumeria) atau dewi Eostre/ Astarte (dari Teutonik). Memang sekilas bunyinya mirip, seperti halnya juga, bahwa besar kemungkinan kata “Easter” berakar dari kata “Eostur”, yang berarti “musim kebangkitan” (season of rising) yang mengacu kepada musim semi. Maka kata “Easter” digunakan di Inggris, “Eastur” di bahasa Jerman kuno, sebagai kata lain musim semi. Sedang di negara- negara lain, digunakan istilah yang berbeda: “Pascha” (bagi Latin dan Yunani), ” Pasqua” (Italia), “Pascua” (Spanyol), “Paschen” (Belanda), …dst yang semua berasal dari kata Ibrani (“Pesach”) yang artinya “Passover”.
Jika kita melihat kepada bahasa Jerman, kata Ostern (yang artinya Easter) berasal dari kata Ost (east atau terbitnya matahari), dan berasal dari bentuk kata Teutonik yaitu erster (artinya yang pertama/ first) dan stehen (artinya berdiri/ stand) yang kemudian menjadi ‘erstehen’ (bentuk kuno dari kata kebangkitan/ resurrection), yang kemudian menjadi ‘auferstehen’ (kata kebangkitan dalam bahasa Jerman sekarang). Jadi kata Ester/Eostur dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi Easter, adalah setara dengan kata Oster dalam bahasa Jerman yang kemudian menjadi Ostern.
Dengan demikian bukan berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka ucapan “Happy Easter” berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi umat Kristen, perayaan Easter/ Pascha/ Paska itu bersumber dari penggenapan nubuat Perjanjian Lama di dalam kurban Salib Kristus yang memberikan buah Kebangkitan. Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari- hari dalam bahasa Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal- usul pagan. Sebab Sunday, berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan dewa Tiu, Wednesday dengan dewa Woden, Thursday dengan dewa Thor, Friday dengan Freya, Saturday dengan Saturnus. Jadi jika mau konsisten, sebaiknya mereka yang menolak menyebut Easter, juga menolak semua nama hari dalam bahasa Inggris yang kedengarannya juga berbau pagan.
Mungkin menarik untuk diketahui bahwa William Tyndale (1494-1536), seorang tokoh pemimpin Protestan, ahli dan penerjemah Kitab Suci yang terkenal, adalah yang pertama kali memasukkan kata “Easter” di dalam Kitab Suci terjemahan bahasa Inggris, dan bersamaan dengan itu ia juga menyebutkan kata Passover. Jadi penggunaan kata “Easter” itu bukan ‘penemuan’ Gereja Katolik.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa secara prinsip, Gereja menguduskan hal-hal yang dulunya mengacu kepada pagan, dengan memberi arti/ makna baru dan mengkonsekrasikannya kepada Tuhan. Seperti bangunan gereja- gereja pada abad- abad pertama yang tidak mereka bangun sendiri, melainkan dulunya bekas kuil- kuil pagan yang sudah ditinggalkan, lalu dirombak dan disesuaikan dengan prinsip dan kebutuhan ibadah Kristiani, dan dikonsekrasikan kepada Kristus.
Dengan demikian, tidak perlulah kita risau jika menggunakan kata “Easter”, karena bagi kita umat Kristiani kata itu tidak mengacu kepada Isthar, tetapi kepada “Eostur”, “erster- stehen/ erstehen” yang artinya mengacu kepada kebangkitan, yaitu Kebangkitan Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ingrid Listiati telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.
0 comments:
Posting Komentar